Kamis, 16 April 2015

sejarah kelahiran dan perkembangan sastra indonesia

 


 SEJARAH KELAHIRAN DA
PERTUMBUHAN SASTRA INDONESIA
A.  Kelahiran Sastra Indonesia

  1. Pengertian Sastra

        Istilah sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “tulisan” atau
“karangan”. Sastra (su-sastra) biasanya diartikan sebagai karangan dengan
bahasa yang indah dan isi yang baik. Bahasa yang indah artinya bahasa yang
mampu menimbulkan kesan dan menghibur pembacanya. Isi yang baik artinya
berguna dan mengandung nilai pendidikan. Indah dan baik ini menjadi fungsi
sastra yang terkenal dengan istilah dulce et utile (Horatius). Dengan kata lain,
dulce et utile bermakna bahwa sastra itu menyenangkan dan memberikan
pencerahan. Bentuk fisik-lahiriah sastra yang disebut karya sastra merupakan
hasil kreativitas sastrawan yang berisikan ungkapan perasaan dan pikiran
mereka (Bagyo S. (ed.), 1986: 7).
Karya sastra yang dihasilkan para sastrawan telah melalui perjalanan sejarah
yang cukup lama. Sejarah tersebut dirumuskan dalam periodisasi dan
angkatan untuk membedakan sekaligus mengelompokkannya. Ketika kita
membahas masalah perkembangan sastra Indonesia, bayangan kita
seringkali tertuju pada angkatan-angkatan sastra Indonesia, seperti angkatan
1920-an atau disebut juga angkatan Balai Pustaka; angkatan 1933, yang
disebut juga angkatan Pujangga Baru; angkatan 1945 yang disebut angkatan
Pendobrak, dan angakatn 1966 atau disebut juga angkatan Orde Lama.
Penting disimak bahwa, perkembangan sastra Indonesia berbanding lurus
dengan perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia,
terutama pendidikan formal, dimulai tahun 1900-an, yaitu ketika penjajah Belanda
membolehkan bangsa  boemi poetra (sebutan untuk orang Indonesia oleh
Belanda) memasuki pendidikan formal. Tentu saja pendidikan formal saat itu
adalah milik penjajah Belanda.
Istilah periodisasi sering dikacaukan dengan angkatan. Untuk itu, istilah tersebut
akan diterangkan secara sepintas. Periode (periodisasi) perkembangan sastra
adalah kesatuan waktu yang ditandai dengan suatu sistem norma tertentu, atau
dengan suatu pembeda yang menggunakan kurun waktu, atau angka tahun.
Adapun angkatan adalah pembagian zaman dalam kesusastraan yang
didasarkan pada persamaan konsepsi atau ide yang hendak diperjuangkan.
Konsep atau ide tersebut tersirat dalam karya sastra yang dihasilkan, meskipun
tidak dikemukakan secara formal, dalam suatu manifestasi atau rumusan
konsep.
Secara umum sastra Indonesia dibagi menjadi Sastra Indonesia Lama dan Sastra
Indonesia Baru. Antara periode Sastra Indonesia Lama (klasik, tradisional) dan
Sastra Indonesia Baru dimunculkan Sastra Indonesia Peralihan oleh sebagian
ahli. Berikut ini akan diterangkan Sastra Indonesia Lama dan Sastra Indonesia
Baru.


  • Sastra Indonesia Lama

Hampir semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia (Melayu) Lama tidak
diketahui kapan munculnya. Sebagian ahli berpendapat bahwa Sastra
Indonesia Lama adalah periode sastra yang dimulai pada masa prasejarah
(sebelum suatu bangsa mengenal tulisan) dan berakhir pada masa Abdullah
bin Abdul Kadir Munsyi. Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa Sastra
Indonesia Lama muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban bangsa
Indonesia, namun kapan bangsa Indonesia itu ada juga masih menjadi
perdebatan. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra
Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra
Indonesia Lama berakhir pada masa Kebangkitan Nasional (1908), masa
Balai Pustaka (1920), dan masa munculnya Bahasa Indonesia (1928). Ada
pula yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (1800-an). Ada juga yang mengatakan bahwa
sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Balai Pustaka. Sastra Indonesia
Lama tidak dapat digolong-golongkan berdasarkan jangka waktu tertentu -
seperti halnya Sastra Indonesia Baru - karena hasil-hasil dari sastra masa ini
umumnya tidak mencantumkan waktu dan nama pengarangnya.


  • Sastra Indonesia Baru
Sastra Indonesia Baru ditandai dengan digunakannya bahasa Indonesia.
Sebagai cerminan pikiran dan perasaan manusia - dalam hubungannya
dengan sastra - bahasa menggambarkan suatu keadaan atau gambaran
dalam pikiran yang disajikan dengan penuh imajinasi atau pencitraan. Sastra
Indonesia Baru (modern) lahir bersamaan dengan mulai menyingsingnya fajar
nasionalisme Indonesia. Jatuh bangunnya sastra Indonesia modern tidak
terlepas dari dialektika sejarah terbangunnya nasionalisme itu sendiri. Dalam
konteks ini, tafsir atas nasionalisme tentu tidak terlepas dari dominasi
kekuasaan suatu rezim politik sebagai bagian dari praktik politik hegemoni.
Dalam konteks ini pun Sastra Indonesia Baru  lebih bersifat dinamis,
individualistis, realistis. Para sastrawan pada zaman ini lebih berani meniru,
menyatakan, menggambarkan isi hatinya seperti sastrawan Eropa.
Sastra Indonesia Baru, menurut beberapa ahli, dimulai dari munculnya romanroman terbitan Balai Pustaka tahun 1900-an. Oleh karena itu, dibandingkan
dengan sastra dunia, sejarah Sastra Indonesia Baru (SI) hingga sekarang
terhitung masih sangat muda. SI setidaknya didasarkan pada lahirnya Balai
Pustaka sebagai tonggak politik sastra Indonesia. Munculnya unsur
nasionalisme dalam karya sastra tanah air, menjamurnya karya sastra dengan
tema sosial masyarakat modern, serta mulai ditinggalkannya ciri sastra lama
menjadi ciri SI.
Perjalanan sejarah SI dibagi sesuai dengan pertimbangan momentum
perubahan sosial dan politik (Rosidi, 1968). Pembagian yang lebih rinci
dengan angka tahun menjadi  1900--933, 1933--942, 1942--945, 1945--953,
1953--961, dan 1961--1967 dengan warna masing-masing sebagaimana
tampak pada sejumlah karya-karya sastra yang penting. Kemudian pada
periode 1961-1967 tampak menonjol warna perlawanan dan perjuangan
mempertahankan martabat, sedangkan sesudahnya tampak warna percobaan
dan penggalian berbagai kemungkinan pembacaan sastra.


 B.  Perkembangan Sastra Indonesia

Karena genre sastra terdiri dari tiga bentuk, yaitu puisi, prosa, dan drama,
maka ada baiknya kita menganalisis perkembangan genre sastra ini dari tiga
bentuk itu. Dengan demikian, dalam pembelajaran ini Anda akan menganalisis
perkembangan puisi, prosa, dan drama dalam lingkup sastra Indonesia.
Perkembangan Puisi
Dilihat dari segi kewaktuan, puisi Indonesia dibedakan menjadi puisi lama dan
puisi modern. Puisi lama Indonesia umumnya berbentuk pantun atau syair dan
bersifat anonim karena tidak disebutkan siapa pengarangnya. Puisi lama
menjadi milik masyarakat.
Puisi modern, atau puisi baru, berkembang sejak bangsa Indonesia mengenal
pendidikan formal.  Puisi modern Indonesia mulai muncul tahun 1920-an
karena pada tahun itulah bangsa terdidik Indonesia mulai muncul. Sejak itu
puisi baru Indonesia terus berkembang.

Tidak ada komentar: