SEJARAH KELAHIRAN DA
PERTUMBUHAN SASTRA INDONESIA
A. Kelahiran Sastra
Indonesia
- Pengertian Sastra
Istilah sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti
“tulisan” atau
“karangan”. Sastra (su-sastra) biasanya diartikan sebagai
karangan dengan
bahasa yang indah dan isi yang baik. Bahasa yang indah
artinya bahasa yang
mampu menimbulkan kesan dan menghibur pembacanya. Isi yang
baik artinya
berguna dan mengandung nilai pendidikan. Indah dan baik ini
menjadi fungsi
sastra yang terkenal dengan istilah dulce et utile
(Horatius). Dengan kata lain,
dulce et utile bermakna bahwa sastra itu menyenangkan dan
memberikan
pencerahan. Bentuk fisik-lahiriah sastra yang disebut karya
sastra merupakan
hasil kreativitas sastrawan yang berisikan ungkapan perasaan
dan pikiran
mereka (Bagyo S. (ed.), 1986: 7).
Karya sastra yang dihasilkan para sastrawan telah melalui
perjalanan sejarah
yang cukup lama. Sejarah tersebut dirumuskan dalam
periodisasi dan
angkatan untuk membedakan sekaligus mengelompokkannya.
Ketika kita
membahas masalah perkembangan sastra Indonesia, bayangan
kita
seringkali tertuju pada angkatan-angkatan sastra Indonesia,
seperti angkatan
1920-an atau disebut juga angkatan Balai Pustaka; angkatan
1933, yang
disebut juga angkatan Pujangga Baru; angkatan 1945 yang
disebut angkatan
Pendobrak, dan angakatn 1966 atau disebut juga angkatan Orde
Lama.
Penting disimak bahwa, perkembangan sastra Indonesia
berbanding lurus
dengan perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.
Pendidikan di Indonesia,
terutama pendidikan formal, dimulai tahun 1900-an, yaitu
ketika penjajah Belanda
membolehkan bangsa
boemi poetra (sebutan untuk orang Indonesia oleh
Belanda) memasuki pendidikan formal. Tentu saja pendidikan
formal saat itu
adalah milik penjajah Belanda.
Istilah periodisasi sering dikacaukan dengan angkatan. Untuk
itu, istilah tersebut
akan diterangkan secara sepintas. Periode (periodisasi)
perkembangan sastra
adalah kesatuan waktu yang ditandai dengan suatu sistem
norma tertentu, atau
dengan suatu pembeda yang menggunakan kurun waktu, atau
angka tahun.
Adapun angkatan adalah pembagian zaman dalam kesusastraan
yang
didasarkan pada persamaan konsepsi atau ide yang hendak
diperjuangkan.
Konsep atau ide tersebut tersirat dalam karya sastra yang
dihasilkan, meskipun
tidak dikemukakan secara formal, dalam suatu manifestasi
atau rumusan
konsep.
Secara umum sastra Indonesia dibagi menjadi Sastra Indonesia
Lama dan Sastra
Indonesia Baru. Antara periode Sastra Indonesia Lama
(klasik, tradisional) dan
Sastra Indonesia Baru dimunculkan Sastra Indonesia Peralihan
oleh sebagian
ahli. Berikut ini akan diterangkan Sastra Indonesia Lama dan
Sastra Indonesia
Baru.
- Sastra Indonesia Lama
Hampir semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia (Melayu)
Lama tidak
diketahui kapan munculnya. Sebagian ahli berpendapat bahwa
Sastra
Indonesia Lama adalah periode sastra yang dimulai pada masa
prasejarah
(sebelum suatu bangsa mengenal tulisan) dan berakhir pada
masa Abdullah
bin Abdul Kadir Munsyi. Tetapi setidaknya dapat dikatakan
bahwa Sastra
Indonesia Lama muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban
bangsa
Indonesia, namun kapan bangsa Indonesia itu ada juga masih
menjadi
perdebatan. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan
sejarah sastra
Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa
Sastra
Indonesia Lama berakhir pada masa Kebangkitan Nasional
(1908), masa
Balai Pustaka (1920), dan masa munculnya Bahasa Indonesia
(1928). Ada
pula yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir
pada masa
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (1800-an). Ada juga yang
mengatakan bahwa
sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Balai Pustaka.
Sastra Indonesia
Lama tidak dapat digolong-golongkan berdasarkan jangka waktu
tertentu -
seperti halnya Sastra Indonesia Baru - karena hasil-hasil
dari sastra masa ini
umumnya tidak mencantumkan waktu dan nama pengarangnya.
- Sastra Indonesia Baru
Sebagai cerminan pikiran dan perasaan manusia - dalam
hubungannya
dengan sastra - bahasa menggambarkan suatu keadaan atau
gambaran
dalam pikiran yang disajikan dengan penuh imajinasi atau
pencitraan. Sastra
Indonesia Baru (modern) lahir bersamaan dengan mulai
menyingsingnya fajar
nasionalisme Indonesia. Jatuh bangunnya sastra Indonesia
modern tidak
terlepas dari dialektika sejarah terbangunnya nasionalisme
itu sendiri. Dalam
konteks ini, tafsir atas nasionalisme tentu tidak terlepas
dari dominasi
kekuasaan suatu rezim politik sebagai bagian dari praktik
politik hegemoni.
Dalam konteks ini pun Sastra Indonesia Baru lebih bersifat dinamis,
individualistis, realistis. Para sastrawan pada zaman ini
lebih berani meniru,
menyatakan, menggambarkan isi hatinya seperti sastrawan
Eropa.
Sastra Indonesia Baru, menurut beberapa ahli, dimulai dari
munculnya romanroman terbitan Balai Pustaka tahun 1900-an. Oleh karena itu,
dibandingkan
dengan sastra dunia, sejarah Sastra Indonesia Baru (SI)
hingga sekarang
terhitung masih sangat muda. SI setidaknya didasarkan pada
lahirnya Balai
Pustaka sebagai tonggak politik sastra Indonesia. Munculnya
unsur
nasionalisme dalam karya sastra tanah air, menjamurnya karya
sastra dengan
tema sosial masyarakat modern, serta mulai ditinggalkannya
ciri sastra lama
menjadi ciri SI.
Perjalanan sejarah SI dibagi sesuai dengan pertimbangan
momentum
perubahan sosial dan politik (Rosidi, 1968). Pembagian yang
lebih rinci
dengan angka tahun menjadi
1900--933, 1933--942, 1942--945, 1945--953,
1953--961, dan 1961--1967 dengan warna masing-masing
sebagaimana
tampak pada sejumlah karya-karya sastra yang penting.
Kemudian pada
periode 1961-1967 tampak menonjol warna perlawanan dan
perjuangan
mempertahankan martabat, sedangkan sesudahnya tampak warna
percobaan
dan penggalian berbagai kemungkinan pembacaan sastra.
B. Perkembangan
Sastra Indonesia
Karena genre sastra terdiri dari tiga bentuk, yaitu puisi,
prosa, dan drama,
maka ada baiknya kita menganalisis perkembangan genre sastra
ini dari tiga
bentuk itu. Dengan demikian, dalam pembelajaran ini Anda
akan menganalisis
perkembangan puisi, prosa, dan drama dalam lingkup sastra
Indonesia.
Perkembangan Puisi
Dilihat dari segi kewaktuan, puisi Indonesia dibedakan
menjadi puisi lama dan
puisi modern. Puisi lama Indonesia umumnya berbentuk pantun
atau syair dan
bersifat anonim karena tidak disebutkan siapa pengarangnya.
Puisi lama
menjadi milik masyarakat.
Puisi modern, atau puisi baru, berkembang sejak bangsa Indonesia
mengenal
pendidikan formal.
Puisi modern Indonesia mulai muncul tahun 1920-an
karena pada tahun itulah bangsa terdidik Indonesia mulai
muncul. Sejak itu
puisi baru Indonesia terus berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar